Hentakan jarum detik bercengkerama menuai indah namanya.
Seolah tiada yang lain dalam asa.
Dalam untaian do’a, ada kesungguhan menyeruak sebelum aku mengatakan “aamiin”.
Dalam untaian do’a, ada kesungguhan menyeruak sebelum aku mengatakan “aamiin”.
Mengatakan bahwa namanya sudah menjadi bagian diri.
Inikah cinta?
Inikah cinta?
Yang kutahu bahwa ada cinta dalam waktu yang terjuntai.
Tumbuh diantara hembusan angin yang kita habiskan bersama.
Mengakar diantara bisikan-bisikan rawa yang keji.
Menghampiri dan masuk dalam pori-pori kulit.
Ada cinta yang kuhirup dan kuhembus saat bersamamu.
Dalam rajutan asa dan ribuan do’a,
lagi-lagi kecupan nama indah itu menyelami isi kalbu.
Dalam rajutan asa dan ribuan do’a,
lagi-lagi kecupan nama indah itu menyelami isi kalbu.
Membisikan bahwa ada harap dalam cinta juga keraguan dalam cinta.
Ternyata nyanyian alam melantunkan syairnya yang merdu tentang kita.
Cinta, sebuah kata yang tak pernah ada hujung.
Cinta, sebuah kata yang tak pernah ada hujung.
Tapi kini aku tahu bahwa cinta adalah kamu.
Demi Hukum Newton I, II, dan III, Aku Cinta Kamu.
Demi Hukum Newton I, II, dan III, Aku Cinta Kamu.
Bandung, Juli 2012
No comments:
Post a Comment