Di sudut relung hatiku, aku merindukanmu. Memikirkan sebuah masa yang sebetulnya masih sangat rahasia dengan kematian yang selalu menghantui. Aku tak tahu bagaimana jika telapak kaki ini berpijak tanpamu. Namun ternyata, aku bisa melewatkanmu meski dengan sedikit tertatih juga dihantui kerinduan yang enggan beranjak.
Cerita kita berakhir dan semua berubah bersama awan yang selalu menaungi kita. Saat mentari masih terbenam, kau melengkapi dan menerangiku dalam kegelapan, melegakan segala ketakutan, pula membasuh keraguan. Kini, mentari bersinar, kau lenyap diantara sinar hakiki. Kau hilang bagai angin, hanya mengusapku tanpa menenangkanku bahkan sangat mencekik urat-uratku.
Kau berkhianat dari untaian ucap yang kau urai. Aku merasa tak bisa tegak berdiri, nyatanya aku bisa menari bak kupu-kupu. Aku tak ingin mendengarmu lagi, bukan karena jejak yang tak menampak, namun aku takut jatuh cinta lagi kepadamu.
Aku memang aneh, hujan deras yang telah menenggelamkanku masih aku harapkan. Atau kau yang aneh, enggan beranjak dari bumi tempatku berpijak. Sungguh, aku tak ingin melihatmu diantara waktu yang kulewati.
Riz, kau pernah genggam jemariku dengan begitu erat. Dan menggairahkan tubuhku tuk capai impian. Impian yang dulu kita idam-idamkan.
Kini, aku sendiri dalam sepi. Tuhan sedang mengubah hidupku secara perlahan agar lebih baik tanpa dirimu, Riz. Aku merasa tak berarti karena kau tak di sisiku, aku selalu bertanya mengapa, walau kujawab bahwa aku tak tahu. Tuhan lebih tahu, bahwa kau di sisiku pun akan tampak percuma. Maaf Riz, jika memang aku tak berarti dalam hidupmu meski kau sangat berarti dalam hidupku, dulu.
Sekarang kau takkan lelah lagi, karena aku tak di sampingmu. Aku takkan pernah beranjak untuk tidak mendo’akan kebaikan bagimu. Kau tidak akan pernah merasa serba salah lagi. Riz, hidup ini memang seperti hujan yang selalu memberi harapan indahnya pelangi. Namun, yakinilah tidak ada perempuan yang ingin diberi harapan seperti hujan. Kau tak berhak. Karena tak ada perempuan yang ingin terluka. Riz, aku tak tahu bagaimana kita di masa depan. Jika Tuhan hendak mempersatukan kita lagi, aku harap semua menjadi lebih baik dan lebih indah lagi. Namun, ku harap Tuhan hanya mengenalkanku saja padamu, tidak lebih.
No comments:
Post a Comment