Film Dokumenter atau biasaya yang Lived-Reality (kehidupan
nyata) merupakan salah satu jenis film yang ada di dunia. Film Dokumenter
biasanya menceritakan tentang profil seseorang, cara pembuatan sesuatu. Film dokumenter
disajikan tiada lain untuk memperlihatkan sebuah sisi yang berbeda atau
penonton tidak tahu tentang sesuatu, akan tetapi setelah menonton film
dokumenter, penonton mempunyai pengetahuan yang lebih tentang ‘sesuatu’
tersebut.
Sebagai contoh pembuatan film dokumenter di sebuah “Coffee
Shop”. Pada umumnya seseorang mengetahui bahwa coffee shop adalah sebuah tempat
dimana orang-orang sedang santai sambil meminum kopi, santai, kumpul bersama
teman-teman atau keluarga. Akan tetapi, di satu sisi ternyata di dalam coffee
shop itu terdapat dapur yang selalu sibuk menyiapkan segala sesuatu. Nah, dapur
itulah yang di visualisasikan kepada khalayak agar khalayak mengetahui bahwa
ada hal yang penting di dalam coffee shop tersebut.
Visualisasi
Lived-Reality
1. 1. Penanganan
Kamera
a. Kenalilah kamera sebagaimana musisi
mengenali alat musiknya
b. Gunakan video kamera seperti kamera
photo, bingkai/frame semua shot secara terpisah dan berdiri sendiri
c. Gunakan aturan 7 detik untuk merekam
setiap shot
2. 2. Pengoperasian
Kamera
a. Pakailah mantra : Fokus, Frame,
Expose
b. Atur pengoperasian kamera dalam
setting sederhana dengan patokan sebagai berikut :
-
Atur
tombol manual atau dari Auto ke Manual
-
Exposure
atau dari Iris ke Exposure
-
Atur
tombol manual ke fokus atau sebaliknya
-
Atur
WB (White Balance)
c. Gunakan tripod dan ketika handheld
gunakanlah tubuh sebagai tripod
Visualisasi menggunakan lensa
1.
Komposisi
a. Framing
-
Tentukan
apa yang harus ada di dalam frame dan perhatikan
background-nya
-
Sesuaikan
subjek dengan frame dengan seimbangkan headroom
agar objek tidak terpotong
-
Gunakan
rule of third atau aturan sepertiga untuk menyeimbangkan objek dalam frame
b. Depth / kedalaman
-
Maksimalkan
ketiga bidang, foreground, midground, dan background
-
Jika
ada garis, maka gunakan kedalaman dan energi dalam frame dengan menggunakan elemen garis horisontal
dalam frame
2.
Focal
Length versus peletakan kamera
a. Tentukan peletakan kamera atau
pemilihan focal length melalui perimabangan sudut pandnag : wide (lebar),
narrow (sempit), atau normal.
b. Pilih sudut pengambilan yang tepat :
menggunakan garis sejajar mata (eyeline)
atau lived-reality, atau sudut menggunkan garis lebih tinggi (high angel) atau
lebih rendah (low angle)
Coverage, pengambilan gambar dengan
pemikiran editing
1.
Lived-reality
harus menciptakan bahwa penonton berada pada situasi yang sedang dibuat,. Coverage
adalah variasi dari tipe shot yang membantu kita dalam emmbangun scene yang
bercerita secara visual.
2.
Tipe
shot
a. Tentukan sudurt pandang siapa yang
diwakili oleh kamera, ada dua sudut pandang kamera yaitu :
-
External
viewpoint, melihat pada titik sejajar garis mata, aksi berjalan sendiri
-
Internal
viewpoint, dari dalam, sejajar garis mata, bersama aksi
b. Penekanan pada detail shot dan
cutaways
c. Pergerakan subjek ; membiarkan subjek
bergerak keluar dari frame
d. Pergerakan kamera, sebatas mengikuti
aksi atau menyingkap sesuatu yang tidak terduga dengan menggunakan zoom atau
gerakan kamera.
Bercerita dengan
Scene-Based
Maksudnya ialah menvisualisasikan dengan scene based, yaitu Beginning, Middle, End.
Penyuntingan gambar
dengan Continuity
1. Bangun scene dengan coverage yang
diambil dengan memperhatikan :
a. Pemilihan shot berdasarkan potensi
emosional dan kemampuan shot tersebut untuk menggerakan cerita
b. Menentukan titik potong berdasarkan :
-
Durasi
optimal dari shot tersebut karena setiap
shot mempunyai pesan.
-
Potong
shot sehingga esensinya tersampaikan
-
Setelah
terkomunikasikan pesannya, shot tersbeut bisa dipotong
-
Transisi
antara shot yang tidak terlihat
2. Trik yang umum digunakan untuk
memaksimalkan continuity dan aliran cerita :
a. Matching action antara shot dan
gerakan di dalamnya harus disamakan
b. Continuity ruang ; memotong shot
dengan menjaga hubungan antara subjek dengan ruangan tempatnya berada
c. Cut on action : mata kita tersedot
oleh shot yang dipotong dengan pergerakan dalamnya (jika shot pergerakan tidak
terpotong dengan baik, maka akan ada hal yang menganggu)
d. Screen direction : pertahankan arah
pergerakan atau tunjukan dengan perubahannya
e. Samakan tone : samakan cahaya dan
warna antara shot
f.
Eye-trace
: memotong titik yang menyamakan titik fokus di mata pada shot terakhir
g. Stage-line : menggabungkan shot-shot yang
berada pada sisi yang sama di sebuah scene
h. The L cut : mendahului transisi
dengan suara untuk menciptakan transisi natural
Day 1 Notes on Workshop PKPF
Provided by Community Supported Film
with Mr. Michael Sheridan (Dokumentary Movie Maker from USA)
No comments:
Post a Comment