Muhammad Iqbal merupakan seorang filsuf yang ahli di bidang hukum, politik, penyair dan seorang reformis muslim yang dominan dikalangan umat Islam abad ke-20. Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tanggal 22 Februari 1873 atau pada bulan Dzulhijjah 1289 H. Ayahandanya bernama Syaikh Nur Muhammad, beliau memiliki kedekatan dengan kalangan Sufi. Karena kesalehan dan kecerdasannya, penjahit yang cukup berhasil ini dikenal memiliki perasaan mistis yang dalam serta rasa keingintahuan ilmiah yang tinggi. Tak heran, jika Nur Muhammad dijuluki kawan-kawannya dengan sebutan "Sang Filosof tanpa guru".
Ibunda Iqbal juga dikenal sangat relegius. Ia membekali kelima anaknya, tiga putri dan dua putra, dengan pendidikan dasar dan disiplin keislaman yang kuat. Di bawah bimbingan kedua orangtuanya yang taat inilah Iqbal tumbuh dan dibesarkan. Kelak di kemudian hari, Iqbal sering berkata bahwa pandangan dunianya tidaklah dibangun melalui spekulasi filosofis, tetapi diwarisi dari kedua orangtuanya tersebut.
Pendidikan Muhammad Iqbal dimulai sejak kanak-kanak, beliau belajar kepada ayahnya yang dikenal pula sebagai seorang ulama. Kemudian Iqbal mengikuti pelajaran al-Quran dan pendidikan Islam lainnya secara klasik di sebuah surau. Selanjutnya Iqbal dimasukan ayahnya ke Scotch Mission College di Sialkot agar ia mendapatkan bimbingan dari Maulawi Mir Hasan (teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan Arab).
Pada tahun 1985 ia pergi Lahore, salah satu kota di India yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan dan seni. Di kota inilah Iqbal bergabung dengan para sastrawan yang sering diundang Mu’syawarah, yaitu sebuah pertemuan dimana para penyair membacakan sajak-sajaknya. Hal ini merupakan tradisi yang masih berkembang di Pakistan dan India.
Di kota Lahore Iqbal melanjutkan pendidikan sarjananya dan mengajar filsafat di Goverment College. Pada tahun 1897 Iqbal memperoleh gelar B.A., kemudian ia mengambil program M.A dalam bidang filsafat. Pada saat itulah ia bertemu dengan Sir Thomas Arnold (orientalis Inggris yang terkenal) yang mengajarkan filsafat di College tersebut.
Dengan dukungan Arnold, Iqbal terkenal sebagai salah satu pengajar yang berbakat dan penyair Lahore sehingga sajak-sajaknya banyak diminati. Pada tahun 1905, ia studi di Cambridge pada R. A Nicholshon yaitu seorang spesialis dalam sufisme dan seorang Neo-Hegelian, yaitu John M.E McTaggart. Iqbal kemudian belajar di Heidelberg dan Munich. Di Munich, ia menyelesaikan doktornya pada tahun 1908 dengan disertasi yang berjudul The Development of Metaphysic in Persia. Disertasi ini kemudian diterbitkan dalam bentuk buku di London, lalu Iqbal menghadiahkan buku tersebut kepada gurunya yaitu Sir Thomas Arnold.
Setelah mendapatkan gelar doktor, ia kemudian kembali ke London untuk belajar keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesustraan Arab di Universitas London. Tidak jemu-jemunya Muhammad Iqbal mengadakan perbincangan tentang persoalan keilmuan dan filsafat. Disamping itu, Iqbal memberikan ceramah di berbagai kesempatan tentang Islam, dan kajiannya tersebut di terbitkan dalam surat kabar.
Pada tahun 1908, Iqbal kembali ke Lahore dan mengajar di Goverment College dalam mata kuliah filsafat dan sastra Inggris. Untuk beberapa tahun, ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Kajian-Kajian Ketimuran dan ketua juurusan Kajian-kajian Filosofis. Selain itu, Iqbal pun menjadi anggota dalam komisi-komisi yang meneliti masalah perbaikan pendidikan di India. Akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama, Iqbal beralih profesi dalam bidang Hukum. Profesi ini berlangsung sampai ia sering sakit yaitu pada tahun 1934, empat tahun sebelum ia meninggal
Dalam bidang politik, Iqbal juga mengambil bagian, bahkan menjadi tulang punggung partai Liga Muslim India. Pada tahun 1926 ia terpilih menjadi anggota Majelis Legislatif di Punjab, sementara itu, kegiatannya di Liga Muslim India tidak berhenti. Pada tahun 1930 ia menjadi presiden Liga Muslim India. Ketika konferensi tahunan Liga Muslim India di Allahabad tanggal 29 Desember 1930, Iqbal adalah orang yang pertama kali menyerukan dibaginya India, sehingga kaum Muslim mempunyai negara otonom., hal itu tidak bertentangan dengan kaum muslim dan pan-islam. Dengan pemikiran tersebut, Iqbal dikenal dengan Bapak Pakistan.
Pada tahun 1931 dan 1932, Iqbal mengikuti konferensi Meja Bundar di London, pada konferensi tersebut membahas tentang konstitusi baru bagi India. Pada tahun berikutnya ia mengikuti konferensi Meja Bundar ke-3 yang pada saat itu ketika ia kembali, ia lewat spanyol untuk menyaksikan peninggalan-peninggalan umat Islam di tempat tersebut. Kunjungannya memberikan inspirasi dan ia mengubah sajak-sajaknya dan salah satu sajaknya yang terkenal adalah di mesjid Kordova.
Pada tahun 1922 seorang wartawan Inggris mengusulkan kepada pemerintahannya untuk memberikan gelar Sir kepada Iqbal. Iqbal pun mendapat undangan penguasa Inggris untuk pertama kalinya, meski pada mulanya Iqbal menolak undangan tersebut.
Saat Pakistan masih memerlukan karya-karayanya, pada tahun 1935 isterinya meninggal dunia. Musibah ini membekas sangat mendalam dan membawa kesedihan berlarut-larut kepada Iqbal. Akhirnya berbagai penyakit menimpa kepada Iqbal sehingga kondisi fisiknya semakin melamah. Akan tetapi semangatnya dalam menuliskan pemikiran-pemikirannya tidak pernah turun. Pada tahun 1938 sakitnya bertambah parah, ia merasa ajalnya sangat dekat, namun Iqbal menyempatkan diri berpesan kepada sahabat-sahabatnya. “Katakanlah kepadamu tanda seorang Mu’min, jika maut datang akan merekah senyum di bibir”
Ketika fajar 21 april 1938, dalam usia 60 tahun menurut kalender masehi atau 63 tahun dalam kalender hijriah, Iqbal berpulang ke rahmatullah.
No comments:
Post a Comment