Setahun yang lalu, aku mengirim sebuah pesan dalam sosial media, kukira kau adalah temanku, namamu sama. Ternyata aku salah mengirim pesan. Kau meminta nomor handphone, hal yang sering dilakukan kebanyakan pria. Aku mengirimimu pesan. Kau tahu kenapa aku percaya padamu? Karena kau adalah bagian dari teman-temanku. Aku percaya padamu, sama seperti aku percaya pada langit yang akan membuka gelapnya malam.
Yang kutahu, kau mengganti nomor handphone-mu agar bisa lebih lama berbincang. Banyak hal yang kita ceritakan. Dan sampai pada waktunya, aku menyukaimu, entah kenapa aku menyukaimu, aku kurang paham.
Namun ternyata ada satu masa dimana aku tidak percaya dengan diri sendiri bahkan aku melihatmu sebagai orang asing, kau tahu kapan waktu itu menjadi asing? Saat kita bertemu untuk pertama dan yang terakhir kalinya.
Aku tidak percaya akan ucapanmu lagi, terlebih tidak percaya kepada diri sendiri. Tapi sungguh, aku tidak ingin hilang dari hatimu. Aku pun tidak ingin kehilanganmu dari hatiku.
Aku ingin memulainya lagi, jika kau percaya pada-Nya, semua cinta akan berkumpul dan bersatu menjadi satu kekuatan yang tiada henti berjuang menaklukan amarah, benci, dan kebohongan. Jika Sang Maha Penyayang mengizinkanku lagi untuk yang kedua kalinya, langit akan cerah sepanjang waktu. Insya Allah..
Namun ternyata ada satu masa dimana aku tidak percaya dengan diri sendiri bahkan aku melihatmu sebagai orang asing, kau tahu kapan waktu itu menjadi asing? Saat kita bertemu untuk pertama dan yang terakhir kalinya.
Aku tidak percaya akan ucapanmu lagi, terlebih tidak percaya kepada diri sendiri. Tapi sungguh, aku tidak ingin hilang dari hatimu. Aku pun tidak ingin kehilanganmu dari hatiku.
Aku ingin memulainya lagi, jika kau percaya pada-Nya, semua cinta akan berkumpul dan bersatu menjadi satu kekuatan yang tiada henti berjuang menaklukan amarah, benci, dan kebohongan. Jika Sang Maha Penyayang mengizinkanku lagi untuk yang kedua kalinya, langit akan cerah sepanjang waktu. Insya Allah..
No comments:
Post a Comment