Well, akhirnya saya bisa nge-blog lagi. Aaaaaaahhh tentunya ucapan Tengkyu buat ibu yang sudah berkali-kali membantu menyembuhkan laptopku. Karena dia tahu, tanpa laptop hidupku hampa. Nggak bisa ngapa-ngapain. Mematung seperti abis kena mantra. Ini jadi pelajaran berharga, bahwa setiap barang yang dimiliki harus benar-benar dijaga, dirawat, dicintai. Pokoknya saya ucapin terimakasih banyak buat yang udah bantu nyembuhin si hitam ini baik secara materil atau moril. :D
Kali ini, untuk tulisan pertama semenjak si hitam rusak, saya mau mengenalkan seseorang yang sudah tiga tahun ke belakang menemani saya. Memberikan semangat, sesekali menemani belanja, sesekali menemani saya makan. Well, dia bukan pacar saya, karena seseorang ini adalah seorang cewe. Saya normal.. Hahaha..
Pertama kali kita bertemu kurang lebih 3,5 tahun yang lalu di salah satu program kegiatan mahasiswa. Kita menginap di kampus II Unisba, Ciburial. Disana kami bertemu untuk pertama kalinya, saya tidak pernah berpikir kalau dia akan menjadi teman saya, apalagi sahabat saya. Kegiatan tersebut menghabiskan waktu 2hari satu malam. Kami tidur dalam satu kamar, kasurnya bersampingan dengan kasur yang saya tempati. Jujur, orang yang bersebelahan dengan saya tidak pernah menyapa sama sekali. Jutek, mungkin tepatnya seperti itu.
Sampai pada akhirnya kami harus menjadi rekan kerja di organisasi kampus. Berada dalam hirarki kepengurusan yang sama. Allah selalu menjadikan dia sebagai partner saya, menjadi teman untuk menyelesaikan beberapa persoalan di organisasi. Nggak tau kenapa kita jadi klop. Kalau jam makan siang tiba, kami pergi ke luar mencari jajanan yang kami suka. Sering juga pulang bareng, bahkan untuk saling mengantarkan.
Kami menjadi teman baik, saya sering menceritakan dia ke ibu jika saya pulang ke rumah. Saya juga kenal dengan ibunya, bahkan saya pernah menginap di rumahnya pas suatu saat saya ke kota asalnya.
Persahabatan kami dihantam badai besar. Kesalahan saya, kekesalan saya, kesensitifan saya memang telah meretakan hubungan kami. Ada kejadian yang mungkin nggak akan saya lupakan, bukan karena masalahnya, tapi karena memang hal tersebut adalah hal sepele yang kita besar-besarkan.
Saya marah besar saat itu. Akhirnya kami tidak pernah berbagi cerita lagi, tidak pernah menyapa, hanya sesekali ketika rapat atau memang sangat perlu sekali. Hey, tapi yang saya rasakan adalah kehampaan. Masalah kami berimbas ke kerjaan kami di organisasi. Tapi, ada yang masih saya tidak mengerti, pertemanan kami di facebook pun tidak ada. Jujur, saya tidak pernah meng-unfriend pertemanan, begitu juga atas pengakuan dia ke saya. Selidik demi selidik ada seseorang yang memanfaatkan kemarahan kami. Ada seorang teman yang meminjam laptop saya, kebetulan waktu itu saya ceroboh akun facebook saya tidak di log out, well dia men-unfriend pertemanan kami. Dari mana saya tahu? Saya tahu dari pengakuan langsung orang tersebut kepada saya. Kenapa dia berbuat seperti itu? Karena atas dasar tidak suka saja.
Tapi, hal tersebut menjadi pelajaran berharga khususnya bagi saya. Seorang teman itu tidak ada yang sempurna, sama halnya dengan saya yang begitu banyak kekurangan.
Semenjak itu kami tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Dia menjadi salah sau teman terbaik. Dia jadi tempat saya menangis ketika pacar saya selingkuh. Dia jadi tempat saya meminta pendapat tentang sepatu, baju, tas, dan lain-lainnya.
Beberapa hari sebelum wisuda kami meluangkan waktu untuk photo bersama dengan memakai toga yang sudah diidam-idamkan. Jajan bareng seperti yang selalu kita lakuin kalau ada waktu kosong atau uang yang cukup. Saya nginep di kosannya, malem-malem kami cerita dan nonton beberapa video Sitcom yang bikin perut ngocok.
Dan akhir-akhir ini dia yang membantu saya menyelesaikan sebuah masalah yang menimpa teman kami, tepatnya sebuah musibah. Dia rela pulang pergi Garut-Bandung selama empat hari. Saya nggak tahu apa jadinya kalau nggak ada dia. Thank’s to teh Kiki Amel. J Love You so Much... :*
No comments:
Post a Comment