31 October 2012

Membuat Film Dokumenter (Bagian 1)


Film Dokumenter atau biasaya yang Lived-Reality (kehidupan nyata) merupakan salah satu jenis film yang ada di dunia. Film Dokumenter biasanya menceritakan tentang profil seseorang, cara pembuatan sesuatu. Film dokumenter disajikan tiada lain untuk memperlihatkan sebuah sisi yang berbeda atau penonton tidak tahu tentang sesuatu, akan tetapi setelah menonton film dokumenter, penonton mempunyai pengetahuan yang lebih tentang ‘sesuatu’ tersebut.
Sebagai contoh pembuatan film dokumenter di sebuah “Coffee Shop”. Pada umumnya seseorang mengetahui bahwa coffee shop adalah sebuah tempat dimana orang-orang sedang santai sambil meminum kopi, santai, kumpul bersama teman-teman atau keluarga. Akan tetapi, di satu sisi ternyata di dalam coffee shop itu terdapat dapur yang selalu sibuk menyiapkan segala sesuatu. Nah, dapur itulah yang di visualisasikan kepada khalayak agar khalayak mengetahui bahwa ada hal yang penting di dalam coffee shop tersebut.
Visualisasi Lived-Reality
1.      1. Penanganan Kamera
a.      Kenalilah kamera sebagaimana musisi mengenali alat musiknya
b.      Gunakan video kamera seperti kamera photo, bingkai/frame semua shot secara terpisah dan berdiri sendiri
c.       Gunakan aturan 7 detik untuk merekam setiap shot
2.     2.  Pengoperasian Kamera
a.      Pakailah mantra : Fokus, Frame, Expose
b.      Atur pengoperasian kamera dalam setting sederhana dengan patokan sebagai berikut :
-          Atur tombol manual atau dari Auto ke Manual
-          Exposure atau dari Iris ke Exposure
-          Atur tombol manual ke fokus atau sebaliknya
-          Atur WB (White Balance)
c.       Gunakan tripod dan ketika handheld gunakanlah tubuh sebagai tripod

Visualisasi menggunakan lensa
1.      Komposisi
a.      Framing
-          Tentukan apa yang harus ada di dalam frame dan perhatikan background-nya
-          Sesuaikan subjek dengan frame dengan seimbangkan headroom agar objek tidak terpotong
-          Gunakan rule of third atau aturan sepertiga untuk menyeimbangkan objek dalam frame
b.      Depth / kedalaman
-          Maksimalkan ketiga bidang, foreground, midground, dan background
-          Jika ada garis, maka gunakan kedalaman dan energi dalam frame dengan menggunakan elemen garis horisontal dalam frame
2.      Focal Length versus peletakan kamera
a.      Tentukan peletakan kamera atau pemilihan focal length melalui perimabangan sudut pandnag : wide (lebar), narrow (sempit), atau normal.
b.      Pilih sudut pengambilan yang tepat : menggunakan garis sejajar mata (eyeline) atau lived-reality, atau sudut menggunkan garis lebih tinggi (high angel) atau lebih rendah (low angle)

Coverage, pengambilan gambar dengan pemikiran editing
1.      Lived-reality harus menciptakan bahwa penonton berada pada situasi yang sedang dibuat,. Coverage adalah variasi dari tipe shot yang membantu kita dalam emmbangun scene yang bercerita secara visual.
2.      Tipe shot
a.      Tentukan sudurt pandang siapa yang diwakili oleh kamera, ada dua sudut pandang kamera yaitu :
-          External viewpoint, melihat pada titik sejajar garis mata, aksi berjalan sendiri
-          Internal viewpoint, dari dalam, sejajar garis mata, bersama aksi
b.      Penekanan pada detail shot dan cutaways
c.       Pergerakan subjek ; membiarkan subjek bergerak keluar dari frame
d.      Pergerakan kamera, sebatas mengikuti aksi atau menyingkap sesuatu yang tidak terduga dengan menggunakan zoom atau gerakan kamera.
Bercerita dengan Scene-Based
Maksudnya ialah menvisualisasikan dengan scene based, yaitu Beginning, Middle, End.

Penyuntingan gambar dengan Continuity
1.    Bangun scene dengan coverage yang diambil dengan memperhatikan :
a.      Pemilihan shot berdasarkan potensi emosional dan kemampuan shot tersebut untuk menggerakan cerita
b.      Menentukan titik potong berdasarkan :
-          Durasi optimal dari shot tersebut karena setiap shot mempunyai pesan.
-          Potong shot sehingga esensinya tersampaikan
-          Setelah terkomunikasikan pesannya, shot tersbeut bisa dipotong
-          Transisi antara shot yang tidak terlihat
2.    Trik yang umum digunakan untuk memaksimalkan continuity dan aliran cerita :
a.      Matching action antara shot dan gerakan di dalamnya harus disamakan
b.      Continuity ruang ; memotong shot dengan menjaga hubungan antara subjek dengan ruangan tempatnya berada
c.       Cut on action : mata kita tersedot oleh shot yang dipotong dengan pergerakan dalamnya (jika shot pergerakan tidak terpotong dengan baik, maka akan ada hal yang menganggu)
d.      Screen direction : pertahankan arah pergerakan atau tunjukan dengan perubahannya
e.      Samakan tone : samakan cahaya dan warna antara shot
f.        Eye-trace : memotong titik yang menyamakan titik fokus di mata pada shot terakhir
g.      Stage-line : menggabungkan shot-shot yang berada pada sisi yang sama di sebuah scene
h.      The L cut : mendahului transisi dengan suara untuk menciptakan transisi natural



Day 1 Notes on Workshop PKPF 
Provided by Community Supported Film
with Mr. Michael Sheridan (Dokumentary Movie Maker from USA)

No comments:

Post a Comment