23 July 2019

Suka Duka Menjadi Sekretaris di Bank

Baru kali ini, aku merasa gagal menjadi seorang sekretaris. 6 tahun bekerja di perbankan posisi sekretaris Direksi dan Komisaris bahkan menjadi sekretaris perusahaan juga.
Baru hari ini, aku menangis karna merasa gagal. Mungkin ini saatnya aku resign dari pekerjaanku.

Beberapa hari lalu, ada kabar tak enak masuk telingaku. Katanya aku membicarakan seorang kawan, membicarakan hal negatif tentangnya. Kawan itu marah, tapi bukan kepadaku. Dia marah ke atasannya. Aku tau kabar itu dari atasannya. Sehari sebelumnya aku memang membicarakannya, tapi membicarakan target kuantitatif dia yg anjlok. Hal itu gak tabu, karna memang selalu kami obrolkan. Hal itu menjadi evaluasi bagi perusahaan, termasuk dalam pengawasan Direksi. Pengawasan direksi kepada teamnya bukan personnya.

Namun, yang buatku kaget adalah kabar yg masuk ke telinga kawanku adalah kontradiktif semua dengan apa yang aku bicarakan. Aku shock denger kabar itu, langsung cari orang yang sudah menyebar hoax itu.

Sehari kemudian aku tau siapa yg menyebar hoax. Dan aku marah cuman amarahku masih bisa tertahan. Aku introspeksi bahkan aku bilang maaf ke Direksi.

Ini tamparan bagiku. Tamparan hebat. Aku nangis di kantor tanpa sebab. Selama aku kerja, aku belum pernah menyebar berita yang menyangkut paut dengan personal seseorang. Bahkan sepertinya beribu rahasia sudah kusimpan dengan aman. Bahkan jika ada uneg-uneg aku selalu menyampaikan saja kepada atasanku yaitu Direksi. Cuman yang kemaren, memang membuatku sedikit termenung. Ada yang salah demganku.

Banyak hal perusahaan yang sudah kusimpan dengan rapat. Biasanya aku adalah orang pertama yang tau tentang beberapa hal, lalu temanku baru mengetahui setelah announced dari atasannya atau dari Direksi langsung.

Dari mulai rotasi, rolling, PHK, karyawan fraud, karyawan resign, grand design perusahaan, penilaian negatif dari otoritas bahkan bonus pun selalu aku simpan dengan rapat.

Ini, introspeksi buatku. Mungkin aku pernah melakukan hal negatif kepada kawanku. Mungkin secara sengaja atau gak sengaja aku pernah melukai kawanku.

Disini, aku merasa gagal jadi seorang sekretaris. Iyah. Ada perasaan aku harus resign. Ini masalah reputasi. Tupoksi yang gagal dilakukan. Aku cinta sama pekerjaan ini. Tapi dengan secara tidak sengaja aku melukainya. Seperti itu.

(Part 1)