6 June 2013

Rela bagi-bagi "suka duka"

Waktu berjalan begitu cepat, nggak terasa satu persatu jenjang pendidikan terlewati dengan nikmat, bahagia dan begitu menyenangkan. Melihat keponakan yang sudah besar, sudah bisa ngasih kritik, sudah bisa milih baju sendiri. Melihat adik yang akan masuk dunia barunya di putih-abu. Melihat anak-anaknya temen yang udah pada tumbuh besar, udah bisa jalan, bisa ngomong, bisa ini dan itu. Tentunya melihat temen-temen sudah punya momongan, ada yang baru menikah dan ada yang sedang mempersiapkan pesta pernikahannya. Ada juga yang masih mencari-cari calon suami atau calon istri. Yah, waktu begitu cepat berlalu. Saya terlalu menikmati kehidupan duniawi ini, hingga kini baru sadar bahwa saya sudah tua, tiga tahun lagi umur ini menginjak seperempat abad. Aaah saya sangat tua.

Ketika menyadari bahwa ternyata hidup ini sangat singkat. Nyatanya banyak sesal, kenapa tidak berbuat ini, kenapa tidak berbuat seperti itu, kenapa harus seperti ini dan masih banyak lagi. Nyatanya setiap waktu bertambah usia banyak hal yang belum dilaksanakan, belum puas dengan apa yang ada. Meski selalu ditanamkan dalam otak ini bahwa ‘Syukur’ kuncinya, sulit aplikasinya.

Ketika menyadari pula bahwa satu persatu teman-teman saya meninggalkan saya, meninggalkan kehidupan bersama saya, satu persatu mereka mengisi hari-harinya dengan keluarga yang mereka bangun sendiri. Timbul pertanyaan, kapan waktu untuk saya? apakah dunia mengizinkannya? Lagi-lagi saya merasa kurang bersyukur. Tapi ternyata, hidup ini memang dibangun untuk keluarga. Ketika masih menjadi seorang anak, maka hidup untuk membahagiakan ibu, bapak, adik atau kakak. Ketika sudah menjadi seorang istri/suami/ibu/ayah maka hidup untuk pasangan, untuk anak dan tentunya untuk kebahagiaan mereka. Sekarang posisi saya masih menjadi seorang anak, saya ingin menikmati kebahagiaan bersama seorang yang telah membesarkan saya. Ibu. Untuknya, untuk bapak dan kedua adik saya. mungkin inilah waktu yang tepat untuk membahagiakan mereka, setelah beberapa tahun kebelakang saya terlalu sibuk memikirkan diri saya sendiri.

Well, kali ini saya ingin mengejar cita-cita saya, mudah-mudahan ketika saya sedang mencoba untuk merangkul dunia, saya bertemu dengan seseorang yang sedang merangkul dunia dan akhirat juga. Meski sebetulnya saya sedang merindukan teman-teman yang selama beberapa tahun terakhir ini menjadi sahabat saya, yang rela bagi-bagi suka duka, yang rela dibullying, yang rela menjadi bagian hidup saya. semuanya menjadi berkesan ketika mereka tahu bahwa saya sedang bahagia, dan saya menjadi terlindungi ketika saya sedang pilu.

No comments:

Post a Comment