23 December 2009

Paper : Pengenalan Nilai-nilai Keimanan Terhadap Anak Usia 1-5 Tahun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan salah satu karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada sepasang suami isteri. Anak juga merupakan generasi pengganti orang tuanya pada masa yang akan datang. Sehingga orang tua perlu mendidiknya demi membangun generasi yang berkualitas. Oleh karena itu orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membangun masa depan anaknya.
Pendidikan merupakan salah satu usaha orang tua untuk membangun masa depan anak-anaknya. Pendidikan menjadi salah satu penyempurna aspek kehidupan seseorang. Pendidikan merupakan modal atau kunci kesuksesan seseorang di masa yang akan datang. Dengan modal pendidikan itulah seseorang bisa mencapai keberhasilan di masa dewasanya. Berbeda dengan seseorang yang tidak menuntut ilmu ketika muda dan hanya menyia-nyiakan waktunya. Keberhasilannya tidak dapat ditempuh secara sempurna karena ia tidak tahu bagaimana cara mengoptimalkannya.
Pendidikan yang paling penting dalam kehidupan seseorang adalah Pendidikan Agama. Di dalam pendidikan agama terdapat aspek-aspek yang sangat mendukung dalam mengembangkan potensi yang telah diberikan Allah SWT. Didalamnya juga terdapat aspek-aspek yang mendukung perubahan seseorang ke arah yang lebih positif. Dalam hal ini orang tua mempunyai andil yang cukup besar.
Seiring meningkatnya populasi manusia dan berubahnya zaman di era globalisasi, secara tidak langsung sifat dan sikap manusia berbeda-beda. Sifat dan sikap itu terjadi akibat pendidikan di masa kanak-kanak. Jika ada seorang anak yang malas, rajin atau nakal, sebagai orang tua tidak seharusnya menumpahkan kesalahan kepada anak. Yang harus terlebih dahulu melakukan introspeksi adalah orang yang mendidiknya ketika kecil yaitu orang tua. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :


Artinya : “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi” (H.R Bukhori).
Hadist di atas menjelaskan bahwa keadaan seseorang bisa berubah menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi tergantung didikan orang tua di masa kecilnya. Analogi hadits tersebut, bahwa seseorang bisa mempunyai sifat yang berbeda-beda seperti malas atau rajin, itu semua tergantung pendidikan yang diterapkan orang tua semasa kecilnya yang akan berdampak ketika mereka menjadi manusia yang dewasa.
Hal ini menjadi dalil bahwa Allah SWT menjadikan seseorang ke muka bumi ini dalam keadaan fitrah. Belum mempunyai dosa sedikit pun dan tidak mengetahui apa pun.
John Locke mengungkap teori yang bernama Tabularasa. Tabula berarti kertas, sedangkan Rasa berarti kosong. Dengan kata lain, anak lahir ke dunia bagaikan kertas putih yang boleh dilukis dan diberi corak menurut keinginan orang tuanya.
Orang tua mempunyai andil dan pengaruh yang cukup besar dalam pendidikan anak. Hal ini sebagai konsekuensi umat muslim untuk melahirkan generasi muslim yang berkualitas. Salah satu caranya dengan menerapkan Pendidikan Agama.
Pendidikan Agama sangat dianjurkan untuk orang tua kepada anak-anaknya dengan metode yang telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW ataupun metode yang telah dikembangkan menurut para ahli psikologi.
Salah satu cara pendidikan anak usia dini yaitu orang tua menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sekolah PAUD merupakan pendidikan yang khusus di bentuk untuk anak berusia di bawah 5 tahun. Fenomena PAUD semakin populer di kalangan masyarakat. Banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya ke PAUD, karena kekhawatiran mereka dalam menciptakan generasi Islam yang beriman kuat, berbudi pekerti luhur serta sholeh dan sholehah.
Akan tetapi banyak orang tua yang tidak mengenalkan terlebih dahulu nilai-nilai agama dan tidak melanjutkan materi sekolah PAUD tersebut dirumahnya. Oleh karena itu akan terasa sia-sia peranan PAUD untuk anak-anak jika hasil didikannya dibiarkan begitu saja. Dengan terjadinya fenomena tersebut orang tua memerlukan metode dalam mendidik anak.
Proses yang dilakukan PAUD dan keluarga di dalam rumah tangga dilaksanakan demi menjaga keluarga dari api neraka. Allah SWT berfirman :
       
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS At-Tahrim, 66:6).

Pendidikan agama dengan metode-metode penerapannya merupakan usaha untuk menanamkan keimanan pada jiwa anak-anak sebagai bekal masa depan. Keimanan itu menjadi benteng serta pelindung ilmu dan jiwa seseorang di zaman yang terus berubah.
Kekokohan keimanan seseorang di dukung peranan keluarga serta lingkungan yang mempunyai niat untuk menjadi lebih baik. Jika PAUD menjadi salah satu metode pengenalan nilai-nilai keimanan sebagai usaha penanaman nilai-nilai agama. Tidak ada salahnya metode PAUD itu diterapkan secara pribadi di lingkungan terkecil, yaitu rumah tangga yang mempunyai anak berusia antara 1-5 tahun sebagai dasar pendidikan agama. Sebagaimana Ali r.a berkata :


Artinya : “ Ali bin Abi Thalib berkata : Ajarilah anak-anak kalian dengan kebaikan serta didiklah mereka” (H.R ‘Abdu Rozaq).

Mendidik anak merupakan kewajiban orang tua. Sebagai orang tua harus yakin bahwa setiap usaha menuju perbaikan itu membutuhkan proses. Keberhasilannya bergantung pada kerja keras, niat ikhlas serta kesabaran. Kesuksesan anak akan menumbuhkan kebahagiaan pada jiwa orang tua. Keimanan akan menjadi pondasi yang kuat terhadap ilmu dan amalan yang telah dimiliki.
Didasari oleh latar belakang tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengulas fenomena pendidikan di usia kecil ke dalam sebuah karya tulis yang berjudul PENGENALAN NILAI-NILAI KEIMANAN TERHADAP ANAK USIA 1-5 TAHUN.

B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul paper ini, penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas, agar mempermudah dalam penulisan paper yang berjudul PENGENALAN NILAI-NILAI KEIMANAN TERHADAP ANAK USIA 1-5 TAHUN.
Maka, perumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Jelaskan Fase perkembangan anak?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak baik segi fisik, psikis, intelektualnya bahkan keimanannya?
3. Mengapa Nilai-nilai Keimanan sangat penting dikenalkan ketika anak berusia antara 1-5 tahun?
4. Metode seperti apa yang baik digunakan dalam pengenalan nilai-nilai keimanan yang sesuai dengan perkembangan anak berusia anatara 1-5 tahun?

C. Tujuan Penulisan
Dalam penyusanan paper ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :
1. Untuk mengetahui fase perkembangan serta potensi yang dimiliki anak,
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan anak baik segi fisik, psikis, intelektualnya bahkan keimanannya,
3. Untuk mengetahui betapa pentingnya pengenalan nilai-nilai keimanan terhadap anak berusia antara 1-5 tahun,
4. Untuk mengetahui beberapa metode yang sebaiknya dipakai dalam mengenalkan nilai-nilai keimanan sesuai perkembangan anak.

D. Metode dan Teknik Penulisan
Dalam penulisan paper ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu “Metode penulisan bukan saja menggambarkan suatu kejadian, tetapi dari perbuatan tersebut ditindak lanjuti dengan sebuah pemikiran kritis untuk dikaji lebih mendalam dan dapat di tarik kesimpulan.” (Usep, S.Pd, 2008 : 20).
Sedangkan dalam teknik penulisan paper, penulis menggunakan teknik penulisan Studi Kepustakaan dan Wawancara yaitu “mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam” (Usep, S.Pd : 2007).






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuh kembang merupakan dua istilah yang sulit untuk dibedakan. Namun tumbuh kembang merupakan dua peristiwa yang mempunyai arti dan sifat yang berbeda.
“Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan Van Den Daele ‘perkembangan berarti perubahan secara kualitatif’” (Hurlock, 1994 : 2).
Soetjiningsih (Danang, http://masdananang.co.cc/?p=23) menyatakan bahwa :
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran serta dimensi tingkat sel, organ dan individu yang bisa diukur. Sedangkan perkembangan, bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam apa yang teratur sebagai hasil proses kematangan.

Whaley dan Wong (Supartini : 2004) mengemukakan bahwa “pertumbuhan suatu peningkatan jumlah sel, sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi” (Danang, http://masdananang.co.cc/?p=23).
Ada dua proses yang terjadi selama kehidupan, yaitu “pertumbuhan atau evolusi dan kemunduran atau involusi. Keduanya dimulai dari pembuahan dan berakhir dengan kematian” (Hurlock, 1994 : 2).
Ciri-ciri manusia tumbuh dan berkembang menurut Ardiana (elerning.unej.ac.id) adalah sebagai berikut :
1. Perubahan aspek fisik dan psikis dalam proporsi,
2. Lenyapnya tanda-tanda lama,
3. Diperoleh tanda-tanda baru.

B. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Zaki (Danang, http://masdananang.co.cc/?p=23) membagi fase perkembangan anak sebelum baligh, yaitu :
a. Fase prenatal (sebelum lahir),
b. Masa bayi (0-2 tahun),
c. Masa awal kanak-kanak (3-5 tahun),
d. Pertengahan masa kanak-kanan (6-10 tahun),
e. Akhir masa kanak-kanak (10-14 tahun).

Sedangkan Ardiana (elerning.unej.com) membagi fase perkembangan menjadi 4 bagian, yaitu :
a. Neonatus (lahir-28 hari),
b. Bayi (1 bulan-1 tahun),
c. Todler (1-3 tahun),
d. Prasekolah (3-6 tahun).

Allah SWT menjelaskan fase-fase pertumbuhan dan perkembangan individu sejak dalam konsepsi, yaitu ketika salah satu sperma membuahi ovum hingga mati. Yang dikenal dengan fase pertumbuhan dan perkembangan sebelum kelahiran dan fase perkembangan setelah kelahiran.
Najati (1997 : 274) membagi fase perkembangan anak ke dalam dua fase. Sesuai pernyataanya bahwa “ilmu jiwa tidak hanya berusaha mengkaji fase-fase perkembangan anak sejak saat kelahirannya saja. Tapi, ia juga menaruh perhatian dan mengkaji berbagai fase perkembangannya sebelum kelahiran, ketika anak masih dalam bentuk janin dalam perut ibu.”

a. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Sebelum Kelahiran
Menurut ahli psikologi, fase pertumbuhan dan perkembangan sebelum kelahiran dikenal dengan sebutan Fase Prenatal. Pre berarti ”sebelum” dan Natal berarti “kelahiran” (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1996 : 1086).
“Pada fase prenatal terjadi pertumbuhan yang penting dalam rahim ibu. Suasana kesehatan dan kejiwaan ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak di dalam rahimnya” (http://padangrembulan.multiply.com).
Al-Qur'an mengemukakan fase pertumbuhan dan perkembangan anak/individu dari semenjak dalam kandungan hingga dewasa (Najati : 1997). Sebagaimana firman Allah Ta'ala :
Q.S. Al-Mu'minun, 23 : 12-14

Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpa darahl itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang Paling Baik (Q.S. Al-Mu'minun, 23 : 12-14)

Q.S. Al-Hajj, 22 : 5

Artinya : Hai manusia! Jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur0angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah di ketahui…. (Q.S. Al-Hajj, 22 : 5).

Dalam dua ayat di atas dikemukakan berbagai fase perkembangan yang dimulai dengan masa konsepsi, yaitu “salah satu sel sperma sang ayah membuahi ovum sang ibu yang telah matang. Setelah sel sperma membuahi ovum maka terbentuklah benih, atau apa yang oleh Al-Qur'an disebut dengan nuthfah (air mani). Ketika akan menjadi 'alaqah, nuthfah mengalami pembelahan” (Najati, 1997 : 275).
Najati (1997 : 275) mengemukakan bahwa :
Ovum yang telah dibuahi itu kemudian beralih tempat dari ovarium ke arah rahim dan menempel pada dindingnya. Selaput janin pun mulai terbentuk, kemudian terentanglah tali pusar yang menghubungkan ovum yang telah dibuahi dengan si ibu, untuk menerima makanan dari darah si ibu. Di sini, gumpalan darah itupun menjadi mudhghah (segumpal daging).

Pada fase terjadinya gumpalan daging (mudhghah), telah diisyaratkan bahwa segumpal daging itu bisa menjadi sempurna atau tidak. Menurut para psikologi, fase ini disebut tahap janin (fetus stage).
“Memasuki bulan keenam dan ketujuh masa kehamilaman, bayi mulai mendengar suara-suara. Seperti detak jantung ibu, suara usus dan paru-paru, dan juga suara lain di luar rahim” (http://padangrembulan.multiply.com).
Analogi pernyataan di atas bahwa bayi yang masih berada dalam kandungan, sudah mulai bisa dididik. (Baihaqi : 2002). Sebagaimana firman Allah ta'ala :

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu manegeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab : “Betul (Engkau Tuhan Kami) kami menjadi saksi (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhanmu)” (Q.S. Al-A'raf, 7 : 172).

Ayat di atas menjelaskan bahwa sebelum nyawa bertugas untuk menghidupkan manusia, mereka di bai'at terlebih dahulu dengan pengakuan bahwa Allah SWT yang telah menciptakannya. Pembai'atan tersebut memberi indikasi bahwa mustahil Allah SWT membai'at makhluk yang tidak hidup. Maka, sebaliknya juga mustahil jika nyawanya itu mampu mengakui, menjawab bahkan menghafalkan pengakuannya terhadap Allah SWT.



b. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Setelah Kelahiran
Seorang anak dilahirkan putih bersih. Teori Tabularasa, John Locke (Baihaqi, 2002 : 13) menyatakan bahwa “anak bagaikan Tabularasa. Tabula berarti kertas, sedangkan Rasa berarti kosong. Mereka bisa dilukis sesuai keinginan orang tuanya.”
“Pada hari-hari pertama dari kehidupannya perkembangan si anak berlangsung secara cepat. Namun dengan semakin lanjut umurnya, secara bertahap kecepatan perkembangannya semakin melambat.” Oleh karenanya, “setiap anak membutuhkan seseorang untuk menjaganya dan membesarkannya sehingga ia tumbuh dan menjadi besar” (Najati, 1997 : 277).
Aktifitas anak-anak didominasi oleh aktifitas merekam dan meniru sebagaimana dikemukakan “Masa 0-2 tahun didominasi oleh aktifitas merekam sedang masa 3-5 tahun didominasi oleh aktifitas meniru” (http://padangrembulan.multiply.com).
Pada masa 3-5 tahun ini pula, perkembangan kepribadian sudah mulai terbentuk. Hurlock (1994:132) mengemukakan bahwa “Pola kepribadian, dasarnya telah di letakkan pada masa bayi, mulai terbentuk pada masa awal kanak-kanak.” Hurlock (1994 : 78) mengemukakan bahwa “masa bayi merupakan permulaan kreatifitas.”
Menurut Hareen, 1976 (http://padangrembulan.multiply.com) “masa 3-10 tahun merupakan fase-fase cerita dan pembiasaan.”.
Pada fase yang didominasi oleh merekam dan meniru disebut tahap berkembangnya bahasa. Periode ini merupakan masa yang peka untuk mengajari anak berbahasa yang baik dan benar.
“Masa 6-10 tahun adalah masa pengajaran adab, sopan santun, dan sifat-sifat akhlaq. Juga merupakan masa pelatihan pelaksanaan kewajiban-kewajiban muslim seperti sholat dan shaum” (http://padangrembulan.multiply.com). Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :



Artinya : Rasulullah SAW bersabda : Perintahkanlah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka seudah berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah berusia 10 tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan pisahkanlah tempat tidur mereka (HR Al Hakim dan Abu Daud).

Pada fase 9-15 tahun anak mengalami periode Second Star of Individualitation, yaitu tahap individualisasi dan periode Social Adjusment, yaitu tahap penyesuaian secara sosial (Rahmat, Gandaatmaja : 1994).
Najati (1997 : 277) mengemukakan bahwa “berbagai fase perkembangan yang dilewati manusia setelah ia lahir sejak lahir hingga tua”, diisyaratkan oleh Al-Qur'an dalam firman Allah ta'ala :

Artinya : Dialah yangmenciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada (masa) dewasa, kemudian(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, diantara kamuada yang diwaftkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(Nya) (Q.S. Al-Mu'min, 40 : 67).

C. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak baik secara fisik, psikis, atau pendidikannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ardiana (elerning.unej.com) membagi faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ke dalam dua faktor, yaitu :
a. Genetik
Soetjiningsih (http://padangrembulan.multiply.com) mengemukakan bahwa “faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.” Faktor genetik menurut Ardiana (elearning.unej.ac.id) membagi ciri-cirinya sebagai berikut :
1. Faktor keturunan—masa konsepsi,
2. Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan,
3. Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh, dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen,
4. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

Sedangkan menurut Soetjiningsih (http://padangrembulan.multiply.com) faktor genetik ditandai dengan “intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik anatara lain adalah berbegai faktor bawaan yang normal dan patalogik, jenis kelamin, suku bangsa.”

b. Faktor Eksternal (Lingkungan)
Soetjiningsih (http://padangrembulan.multiply.com) menyatakan bahwa “lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.”
Sedangkan Abidin bin Syamsudin (2008 : 27) berpendapat bahwa “lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan anak-anaknya.”
Faktor-faktor eksternal/lingkungan dalam hal ini yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak diantaranya :
1. Keluarga.
“Keluarga adalah lingkungan pertama dan mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan (Abidin bin Syamsudin, 2008 : 27).
Keluarga merupakan subjek dalam rumah. Sehingga lingkungan rumah termasuk ke dalam faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sebagaimana Abidin bin Syamsudin (2008 : 27) mengemukakan bahwa “rumah merupakan pendidikan pertama kali bagi anak dan merupakan tempat yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak.”
“Di dalam rumah, faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan anak baik psikis, fisik, atau intelektualnya adalah orang tua” (Nurlaeli : Materi Pembelajaran).
Abidin bin Syamsudin (2008 : 28) mengajurkan supaya orang tua memperhatikan kondisi rumahnya dengan cara “ciptakan suasana Islami, tegakkan sunnah, dan hindarkan dari kemunkaran. Mohonlah pertolongan kepada Allah agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang bertauhid, berakhlak dan beramal sesuai sunnah Rasulullah.”
Kondisi rumah menurut Neno Warisman (Nurlaeli : Materi Pembelajaran) terbagi ke dalam 4 macam, yaitu :
1. Kuburan,
2. Mall,
3. Mesjid,
4. Rumah Sakit.
Rasulullah SAW bersabda :



Artinya : “Janganlah kamu jadikan rumahmu seperti kuburan; sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang dibacakan didalamnya surat Al-Baqarah.”

Abidin bin Syamsudin (2008 : 28) mengemukakan maksud hadits tersebut bahwa “sebaiknya memperbaiki rumah supaya tidak seperti kuburan dan menjadi sarang setan....”
“Keluarga juga mempunyai fungsi : bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai masyarakat dan dunia membantu mempelajari peran dan perilaku” (Ardiana, elearning.unej.ac.id)
2. Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya yang dikenal dengan sebutan “Peer Group” (Nurlaeli : Materi Pembelajaran) adalah “lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola struktur yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi dan memerlukan gaya perilaku yang berbeda” (Ardiana : elearning.unej.ac.id).
Teman sebaya mempunyai fungsi sebagai berikut :
Belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi dan menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga ; dan untuk mencapai tujuan kelompok dan memenuhi kebutuhan dan harapan. (Ardiana : elearning.unej.ac.id)

Nurlaeli mengemukakan pengaruh positif dan negatif tentang teman sebaya adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Positif :
a. Pembentukan harga diri,
b. Pembentukan konsep diri,
c. Belajar sosialisasi,
d. Tempat sharing.
2. Pengaruh Negatif :
a. Melanggar aturan,
b. Ancaman kekerasan.






3. Media Elektronik dan Cetak
“Kedua media ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan, tingkah laku dan kepribadian anak (Abidin bin Syamsudin : 2008) Di antara media elektronik dan media cetak itu diantaranya :
a. Radio dan televise,
b. Internet,
c. Telepon,
d. Majalah dan Cerpen Anak,
e. Komik dan Novel.


4. Kesehatan
Kesehatan termasuk kepada rumpun faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. (http://masdanang.co.cc/?p=23). Kesehatan menurut Ardiana (elearning.unej.ac.id) adalah sebagai berikut :
a. Tingkat kesehatan --- responden individu terhadap lingkungan dan respon orang lain pada individu,
b. Kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari fetal (janin),
c. Nutri Adekuat,
d. Keseimbangan antara istirahat, tidur dan olehraga,
e. Kondisi sakit ---- ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan ---- tumbuh kembang terganggu.


5. Pengalaman
Pengalaman merupakan proses dari perkembangan. Sebagaimana Hurlock (1994 : 2) menyatakan bahwa “perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.”
Menurut Ardiana (elearning.unej.ac.id) mengemukakan bahwa “pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasikan yang telah dipelajari.”



6. Lingkungan Tempat Tinggal
Ardiana (elearning.unej.ac.id) merumpunkan lingkungan tempat tinggal sebagai berikut ;
a. Musim,
b. Iklim,
c. Kehidupan sehari-hari,
d. Status sosial ekonomi,


BAB III
METODE PENGENALAN NILAI-NILAI- KEIMANAN

A. Pokok-pokok Nilai-Nilai Keimanan
Nilai-nilai menurut ahli psikologi kepribadian bahwa “nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya, nilai terjadi pada wilayah psikologis yang disebut keyakinan.” (Suryatini, 2008 : 5) Dengan adanya nilai seseorang bisa menentukan baik-buruk, benar-salah, indah-tak indah dan lain sebagainya. “Konsep nilai dalam hal ini adalah nilai keberagamaan menurut standar Islam” (Suryatini, 2008 : 5).
Aqidah atau keimanan merupakan esensi dari ajaran Islam. Keimanan merupakan keyakinan dalam hati, kemudian diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang dimaksud dengan keimanan di sini adalah iman kepada Allah, iman kepada kepada Malaikat-Nya, iman kepada kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya, iman kepada hari akhir serta iman kepada Qadla dan Qadar. Serta dibarengi dengan menjalankan rukun Islam, yakni ibadah yang bersifat jasmani seperti, shalat, zakat, shaum dan haji. Begitu pula dengan mengenalkan dasar-dasar syari’ah yakni segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem atau aturan Allah, seperti aqidah, ibadah dan akhlaq.
Dalam prespektif Islam, Iman bukan hanya sekedar percaya kepada Allah, sebab bila hanya percaya, belum tentu Tauhid, masih mengandung kemungkinan percaya pada hal-hal selain Allah. Tetapi iman harus merupakan sebuah pembebasan manusia dari paham syirik menuju tauhid, dengan mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illa Allah yang diyakini dengan sepenuh hati, akan memunculkan tindakan atau pengalaman yang sesuai dengan tauhid tadi.
Jelaslah dari uraian tersebut bahwa untuk menghayati atau memahami agama, maka Iman merupakan faktor yang paling utama dan pertama.
Selain iman, seorang mukmin dituntut untuk bertaqwa kepada Allah. Kata taqwa berasal dari akar kata “waqaa-yaqii-wiqayatan” yang berarti menjaga, menghindari, menjauhi, takut, berhati-hati. Orang yang bertaqwa berarti orang yang menjaga diri dari kejahatan, orang yang menghindari, menjauhi dan takut terjerumus pada perbuatan dosa dan orang yang berhati-hati.
Itulah hakikat taqwa bagi orang yang beriman yang pada akhirnya sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian seorang muslim.

B. Urgensi Pengenalan Nilai-nilai Keimanan Sejak Usia Dini Terhadap Anak
Yang dimaksud dengan pengenalan nilai-nilai keimanan ini adalah mengajarkan, memberikan contoh kepada anak dengan dasar-dasar keimanan sampai ia mengerti.
Keimanan seseorang harus mulai di bangun sejak dini dalam lingkungan terkecil yaitu keluarga, dengan cara mengenalkan nilai-nilai keimanan terlebih dahulu kepada anak-anak ketika mereka masih dini.
Usia dini merupakan masa keemasan, pada masa tersebut anak-anak mulai peka atau sensitif terhadap rangsangan, serta memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan. Meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan yang sama, tapi ritme perkembangannya akan berbeda satu sama lain. Pada masa inilah orang tua bisa mulai mengeksplorasikan potensi anak sesuai keinginannya.
Maka, usia dini merupakan usia yang tepat bagi orang tua untuk mengenalkan nilai-nilai keimanan yang akan berdampak pada masa depan mereka. Serta sebagai peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, emosional, agama dan moral anak. Karena keberhasilan seseorang ditentukan oleh pengajaran orang tua ketika berusia dini terhadap anak-anaknya.
Dalam hal ini orang tua merupakan pendidik pertama untuk seorang anak, orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengelola potensi yang dimiliki seorang anak. Pada masa kanak-kanak terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat. Hal ini menjadi peluang bagi orang tua untuk memberi pengaruh positif kepada anak-anaknya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :


Artinya : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.” (H.R Bukhori)

Hadits ini menjadi dalil bahwa, apabila anak dibiasakan dengan kebaikan maka ia akan tumbuh sejalan dengan kebaikan itu. Jika anak dibiasakan untuk berbuat kejahatan maka ia akan sejalan dengan kejahatan itu. Maka jika Allah SWT telah memberikan keimanan terhadap seorang anak ketika lahir, sudah seharusnya orang tua mengokohkan keimanan tersebut.
Sayangnya, realita zaman sekarang orang tua lebih mementingkan ilmu seperti apa yang harus masuk ke dalam otak anak mereka demi memperoleh kekenyangan semata. Sedangkan mereka seolah tidak mempedulikan hal apa yang harus diisi ke dalam hati anak-anaknya. Tak heran jika banyak anak-anak bahkan mahasiswa yang tidak pandai dalam membaca Al-Qur'an, tidak mengetahui nama-nama Nabi, sejarah Nabi SAW, ataupun kisah-kisah para sahabat. Padahal, hal-hal penting itu bisa memupuk keimanan seseorang.
Dalam hal ini, Allah swt memperingatkan orang tua agar menyelamatkan diri dan keluarga mereka dari bahaya neraka yang mengecam. Sebagaimana firman Allah ta'ala :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya dan selalu mengerjakan yang diperintahkannya (Q.S. At-Tahrim, 66 : 6).

Orang tua merupakan penanggung jawab serta pemelihara keluarga untuk menghindarkan keluarga dari api neraka. Setiap anak harus memiliki pendidikan keimanan yang telah dikenalkan orang tua kepada anak-anaknya ketika mereka masih berusia dini sebagai pondasi serta benteng untuk kehidupan mereka kelak.

C. Metode Pengenalan Nilai-nilai Keimanan Terhadap Anak
“Metode adalah cara yang terfikir secara baik dan teratur untuk mencapai suatu maksud” (Santoso, Al Hanif : 254). Metode pengenalan nilai-nilai keimanan terhadap anak berusia antara 1-5 tahun lebih banyak menggunakan alat indera pendengaran dan penglihatan anak. Hal ini mengingat bahwa anak berusia antara 1-5 tahun didominasi oleh aktifitas merekam dan meniru. Serta untuk merangsang stimulus kerja saraf motorik dan sensorik anak.
Di dalam dunia anak, orang tua merupakan pendidik serta pengelola potensi anak. Orang tua harus pandai menyampaikan metode yang sesuai dengan potensi anak. Metode-metode yang baik digunakan orang tua untuk mengenalkan nilai-nilai keimanan yang sesuai dengan potensi anak diantaranya :
a. Membacakan Al-Qur'an
Anak yang berusia antara 1-5 tahun memang belum mampu membaca Al-Qur'an. Akan tetapi mereka sudah bisa menangkap apa yang di dengar oleh orang lain. Disinilah pentingnya peranan orang tua dalam memperkenalkan Al-Qur'an lewat suara.
Efektifitas pembacaan Al-Qur'an merupakan penciptaan situasi Islami dengan alat indera pendengaran sebagai kunci pertama masuknya ajaran keimanan terhadap anak. Maka disarankan bagi para orang tua untuk memilih surat-surat pendek karena kemudahan bagi anak dalam mengingatnya.
Orang tua dapat membacakan Al-Quran di depan anak-anaknya pada waktu-waktu tertentu, diantaranya :
a. Sesudah sholat
b. Ketika akan tidur
c. Ketika mereka sedang berada dipangkuannya
d. Ketika orang tua mempunyai waktu luang
Dalam pelaksanaan metode ini, orang tua akan mendapatkan kelebihan serta kekurangannya baik kelebihan/kekurangan terhadap anak atau orang tuanya. Beberapa kelebihan itu diantaranya :
a. Meningkatkan daya ingat dan daya hafal baik untuk anak atau pendidiknya,
b. Meningkatkan rasa cinta kepada Allah dan kalam-Nya,
c. Memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengambil hikmah dari ayat yang di sampaikan.
Maka adapun salah satu kekurangan dalam pelaksanaan metode ini adalah:
Dikhawatirkan anak hanya bisa mengucapkan saja tanpa bisa membacanya. Maka solusi dari kekhawatiran tersebut, orang tua harus mengimbanginya dengan memperlihatkan tulisan ayat Al-Qur’an ketika sedang dibacakan. Meskipun anak belum memahami, tetapi hal tersebut merupakan salah satu motivasi yang diberikan orang tua sejak dini kepada anak-anaknya.
Seiring dengan berjalannya perkembangan anak, mereka bisa mengucapkannya, menghafalnya lalu menempatkannya dalam sholat. Sebagaimana Rasulullah SAW menganjurkan untuk membiasakan sholat berjama'ah serta membaca Al-Qur'an di rumah sebagai bagian dari usaha mengkondisikan lingkungan keluarga yang Islami. Rasulullah SAW bersabda :


Artinya : “Hiasilah atau sinarilah tempat tinggalmu dengan (membiasakan) shalat dan (membiasakan) membaca Al-Qur'an (bersama)” (H.R Baihaqi).

b. Membacakan Cerita
Cerita atau kisah, baik yang berbentuk kaset, film ataupun buku sangat disenangi anak. Anak akan merasa hidup diantara lakon-lakon dari cerita yang disenanginya, dan mengimajinasikan bahwa mereka bisa diajak bicara dan bermain. Oleh sebab itu, orang tua wajib mengambil manfaat dari kesukaan anak.
Efektifitas bercerita cocok diterapkan pada anak yang berusia antara 1-5 tahun. Karena anak sudah mampu mendengar dengan baik setiap kata yang didengarnya dan mereka sudah mampu menyambungkan pikiran dengan makna yang sesuai dengan kata-kata tersebut. Seiring dengan perkembangannya, otak anak berjalan pesat. Sehingga anak sudah mulai berfikir, memahami simbol, makna bahasa atau pembicaraan. Mereka pun sudah mampu berinteraksi antara satu ide dengan ide yang lain.
Cerita yang diberikan merupakan cerita yang kaya akan hikmah yang dapat menambah keimanan anak-anak. Diantara cerita-cerita yang kaya akan hikmah, yaitu :
a. Cerita-cerita yang terdapat dalam Al-Qur'an. Kisah-kisahnya dapat meneguhkan prinsip akhlaq, memenuhi jiwa anak agar teguh memegang prinsip,
b. Kisah manusia terbaik, yaitu Rasulullah SAW. Orang yang mencintai akan senang mengikuti orang yang dicintainya. Maka dari itu, besungguh-sungguh untuk menanamkan kecintaan kepada Nabi SAW di dalam hati anak, agar mereka mudah untuk mengikuti dan meniru Rasulullah SAW,
c. Cerita orang-orang besar. Seperti, para sahabat Nabi saw, tabi'in dan orang-orang shaleh,
d. Cerita hewan di dalam Al-Qur'an. Contohnya kisah semut Nabi Sulaiman.

Waktu yang tepat untuk bercerita, diantaranya :
a. Ketika akan tidur,
b. Ketika diminta,
c. Ketika mereka melakukan kesalahan atau kebaikan, cerita itu dapat dijadikan sebagai nasihat atau penghargaan,
d. Sesuai situasi yang ada.

Adapun kelebihan dari bercerita, diantaranya :
a. Merangsang kekuatan berfikir anak,
b. Dengan cerita bisa menjadi contoh konkrit akhlaq Islam yang diharapkan dapat tertananm pada diri anak melalui sosok orang-orang yang shaleh,
c. Mengasah kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian,
d. Menambah pengetahuan,
e. Melalui cerita, anak bisa mengetahui hal yang baik dan yang buruk,
f. Merangsang anak supaya menyukai buku.

Adapun salah satu kekurangannya adalah sebagai berikut :
Jika anak terus menerus diberikan cerita fiksi maka imajinasi anak dikhawatirkan berkelana tanpa batas.
Maka disinilah kemahiran orang tua dalam memilih cerita sangat diperlukan. Selain itu, orang tua disarankan supaya perlahan membacakan ceritanya dan tidak banyak mengubah-ubah kata, seperti dicadel-cadelkan. Karena perkembangan bahasa pada anak usia antara 1-5 tahun sedang berkembang dengan pesat.

c. Bernyanyi
Nyanyian merupakan suatu hal yang disukai oleh kebanyakan anak-anak. Di dalam nyanyian terdapat musik yang dapat merangsang kerja saraf motorik dan sensorik. Tanpa disadari, ketika anak sedang bernyanyi respon mereka adalah menggoyang-goyangkan kepala atau menepuk-nepukkan tangannya. Keadaaan ini menjadi peluang yang besar bagi orang tua untuk mengenalkan nilai-nilai keimanan lewat nyanyian.
Nyanyiannya dapat berupa kalimat Thayyibah seperti, Laa ilaaha illallahu, Allahu Akbar, Bismillah dan lain sebagainya.
Selain itu, nyanyian bisa menjadi alternatif belajar jika anak sudah bosan dengan cerita atau dongeng. Sehingga ada kesinambungan antara otak kanan dan otak kiri.
Adapun waktu yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
a. Ketika anak sedang tertidur,
b. Ketika anak sedang berada di pangkuan orang tuanya,
c. Ketika anak menangis.
Adapun kelebihan metode bernyanyi adalah sebagai berikut :
a. Menyeimbangkan otak kanan dengan otak kiri,
b. Membuat peluang berekspresi bagi anak
Efektifitas bernyanyi pada zaman sekarang sudah bisa di ganti dengan kaset-kaset VCD atau Tape. Namun, jika nyanyian dari VCD, Tape, atau media elektronik lainnya kurang terkontrol, maka akan menimbulkan hal negatif dari metode bernyanyi tersebut, diantaranya :
a. Anak akan mudah terpengaruh oleh nyanyian yang tidak dianjurkan oleh agama,
b. Dikhawatirkan anak tidak mengenal nyanyian Islami, karena minimnya nyanyian Islami pada zaman sekarang.
Disinilah orangtua harus pandai memilih nyanyian yang tepat untuk diperdengarkan kepada anak-anak mereka yang masih peka terhadap bunyi dan gerakan.


d. Bermain
Bermain mempunyai peranan penting dalam kehidupan anak. Prinsip dunia anak adalah belajar sambil bermain. Fungsi permainan menjadi teramat penting karena lewat sarana itulah anak-anak belajar mengenal aspek-aspek kehidupan.
Alangkah baiknya jika permaianan menjadi alternatif orang tua dalam mengelola potensi yang telah diberikan Allah SWT kepada anak-anaknya. Seperti halnya metode bernyanyi, bermain pun merupakan salah satu metode yang dapat menyeimbangkan otak kanan dengan otak kirinya. Permainan dapat merangsang kerja saraf motorik dan sensorik anak. Keringat yang telah dikeluarkan seorang anak ketika bermain akan menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka.
Pada dasarnya, jenis permainan tergantung jenis kelamin. Misalnya, perempuan bermain dengan boneka-bonekanya untuk mencerminkan keibuannya sedangkan laki-laki bermain dengan mobil-mobilannya untuk mencerminkan kegagahannya.
Permainan bisa menjadi alternatif metode pengenalan nilai-nilai keimanan terhadap seorang anak dengan menggunakan sarana yang mudah di dapat pada zaman ini. Misalanya, Puzzle yang membentuk lafadz Allah, Rasulullah, para sahabat, nama-nama surat serta yang lainnya.
Adapun kelebihan dari efektifitas metode bermain diantaranya :
a. Memunculkan bakat dan potensi anak,
b. Anak akan mendapatkan pengalaman baru dari berbagai macam permainan baru,
c. Memperbarui semangat anak,
d. Mengisi waktu kosong anak
e. Mengetahui sifat anak yang baik maupun yang jeleknya,
f. Menambah kecerdasan anak dan kemampuan,
g. Menghilangkan kejenuhan anak.
Kecenderungan orang sekarang lebih memilih segala sesuatu yang berbau modern sehingga mereka lebih menyukai segala jenis permainan elektronik. Sehingga menimbulkan hal negatif dari metode bermain, diantaranya :
a. Dikhawatirkan anak tidak mengenal waktu dalam bermain
b. Hubungan sosial anak baik dengan orang tua atau dengan teman-teman sebayanya mudah terganggu,
c. Permainan-permainan modern lebih bersifat konsumtif pada diri anak-anak.
Maka, solusi yang dianjurkan bagi orang tua ialah hendaknya orang tua meluangkan waktu bermain untuk anak-anaknya. Serta tidak terlalu banyak memberi maianan elektronik kepada mereka, karena akan mengganggu hubungan social bagi anaknya.
Penulis mencantumkan keempat metode tersebut dalam proses pengenalan nilai-nilai keimanan terhadap anak berusia antara 1-5 tahun, mengingat keempat metode tersebut merupakan metode yang tepat dalam mengembangkan potensi yang telah diberikan Allah SWT kepada manusia, yakni Sam’u (penglihatan), Basharu (pendengaran), dan Al-Af’idah (hati). Mengingat pula aktifitas anak berusia antara 1-5 tahun sedang didominasi oleh aktifitas merekam dan meniru.

D. Aplikasi Metode Nilai-nilai Keimanan Dikalangan Masyarakat
Untuk melihat sejauh mana orang tua mendidik anak-anaknya, maka penulis mewawancarai tiga ibu rumah tangga dengan pekerjaannya sebagai guru dan ibu rumah tangga di Perumahan Puri Cimanganten pada tanggal 19 November 2008 pada pukul 15.00 s/d 17.30.
Dari keempat metode yang telah dikemukakan penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
Pendidikan agama merupakan pendidikan yang pertama kali diterapkan dalam rumah tanggamya. Dengan cara membiasakan hal-hal yang positif di depan anak-anaknya,
a. Penggunaan Metode Membacakan Al-Qur’an
1. Ketiga ibu tersebut telah melaksanakan metode membacakan Al-Qur’an semenjak mereka mengandung putera puterinya,
2. Salah seorang ibu meluangkan waktu khusus yaitu setelah Shalat Maghrib untuk belajar membaca Al-Qur’an yang dipimpin oleh suaminya.
b. Penggunaan Metode Membacakan Cerita
Membacakan cerita merupakan metode yang tidak dipakai ketika mereka sedang mengandung. Akan tetapi, ketika anak-anaknya memasuki usia antara 1-5 tahun metode ini mulai dipakai meskipun jarang dilakukan, dengan alasan :
1. Salah seorang ibu tidak menyukai cerita,
2. Salah seorang ibu merasa tidak mempunyai waktu untuk bercerita,
3. Anaknya tidak meminta untuk diceritakan suatu hal
c. Penggunaan Metode Bernyanyi
1. Bernyanyi merupakan metode yang jarang disampaikan secara langsung.
2. VCD atau Tape, merupakan alternatif penyampaian nyanyian Islami.
d. Penggunaan Metode Bermain
1. Bermain merupakan alternatif pengenalan nilai-nilai keimanan yang sering dilaksanakan karena para orang tua pun menyukainya.
2. Salah satu ibu meluangkan waktu khusus untuk bermain dengan anak-anaknya
3. Salah satu ibu membiarkan anak-anaknya bermain dengan teman-teman sebayanya.
e. Orang tua menginginkan anak-anak yang sholeh dan sholehah, serta berbakti kepada orang tuanya.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak merupakan salah satu karunia terbesar yang Allah SWT berikan kepada sepasang suami isteri. Anak juga merupakan mutiara yang harus dijaga oleh orang tuanya. Pertumbuhan dan perkembangannya sejak dalam kandungan hingga dewasa menjadi sangat penting karena disanalah tanggung jawab orang tua kepada buah hatinya dimulai. Baik secara fisik, psikis, intelektualnya, bahkan keimanannya.
Keberhasilan anak di masa yang akan datang memberikan kebahagiaan tersendiri kepada orangtuanya. Maka kesungguhan orang tua dalam pendidikan anak merupakan modal untuk mencapai kesuksesan itu. Baik kesungguhan mendidik ketika mereka masih berada dalam kandungan ataupun ketika mereka sudah lahir ke dunia.

1. Perkembangan anak sebelum dan sesudah kelahiran
Anak mengalami dua fase pertumbuhan dan perkembangan semasa hidupnya, yaitu :
a. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Sebelum Kelahiran
Terjadinya perkembangan secara bertahap, yang dimulai dengna masa konsepsi. Yaitu salah satu sel sperma sang ayah membuahi ovum sang ibu yang telah matang. Setelah sperma membuahi ovum maka terbentuklah benih, dan nuthfah (benih) mengalami pembelahan ketika akan menjadi ‘alaqah. Sejak usia kandungan si ibu memasuki bulan keenam dan ketujuh anak sudah dapat mendengar suara detak jantung ibu, suara usus, serta suara lain diluar rahim.
b. Fase Perumbuhan Perkembangan Setelah Kelahiran
Terjadinya perkembangan anak dari seperangkat daya yang telah diberikan Allah SWT. Seperangkat daya itu berupa pendengaran, penglihatan serta hati. Perkembangan itu diantaranya :
1. Perkembangan aktifitas merekam dan meniru
2. Berkembangnya kepribadian anak
3. Permulaan kreatifitas pada jiwa anak
4. Perkembangan bahasa
5. Perkembangan pesat pada kerja saraf motorik dan sensorik anak

2. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1-5 tahun dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Faktor Genetik
2. Faktor Eksternal/lingkungan, faktor ini merupakan faktor yang kuat dalam mempengaruhi pola fikir anak, diantaranya:
1. Keluarga
2. Teman Sebaya
3. Media Cetak dan Elektronik
4. Kesehatan
5. Pengalaman
6. Lingkungan Tempat Tinggal

3. Urgensi pengenalan nilai-nilai keimanan sejak dini
Diantara pentingnya pengenalan nilai-nilai keimanan terhadap anakb usia dini, yaitu :
1. Nilai-nilai keimanan merupakan keyakinan seseorang untuk bertindak atas dasar pilihannya. Sehingga seseorang bisa menentukan baik-buruk, benar-salah atau indah-tak indah,
2. Keimanan merupakan pondasi dan benteng kehidupan seseorang,
3. Usia dini merupakan masa keemasan, pada masa tersebut anak-anak mulai peka atau sensitif terhadap rangsangan, serta memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan,
4. Sebagai peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, emosional, agama dan moral anak.

4. Metode pengenalan nilai-nilai keimanan
Mengenalkan nilai-nilai keimanan terhadap anak yang berusia antara 1-5 tahun merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Diperlukan metode atau cara yang praktis untuk mengenalkannya, diantaranya :
1. Membacakan Al-Qur’an
2. Membacakan Cerita
3. Bernyanyi
4. Bermain
Keempat metode tersebut dapat pula mengasah potensi anak yang telah diberikan Allah SWT yang berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Dengan metode itu juga anak mengalami proses belajar sambil bermain untuk menambah pengalamannya.

B. Saran-saran
Dari uraian diatas, penulis mengajukan beberapa saran, diantaranya :
a. Kepada para orang tua lebih baik mengenalkan nilai-nilai keimanan kepada anak-anak sejak dini. Sebelum lebih banyak lagi kesulitan yang akan dihadapi orang tua
b. Kepada orang tua di kawasan Perumahan Puri Cimanganten hendaknya mempunyai kemauan, kreatifitas dan keyakinan dalam menjalankan metode-metode yang telah diuraikan. Karena banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh.
c. Hendaknya orang tua mengenalkan nilai-nilai keimanan secara sungguh-sungguh dan tidak sekedar Transfer Knowledge (alih pengetahuan) saja.
d. Kepada para pemabaca handaknya membaca Karya Ilmiah ini secara menyeluruh, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahaminya.



C. Rekomendasi
Dari pemaparan diatas pula penulis mengajukan beberapa rekomendasi, diantaranya :
a. Bagi Lembaga Pesantren, hendaknya melengkapi buku-buku perpustakaan. Karena sekolah yang maju salah satunya dilihat dari kelengkapan perpustakaan. Selain mendapatkan ilmu dari Asatidz, dari situlah murid-murid banyak mendapatkan ilmu. Oleh karena itu, penulis berharap Pesantren Persatuan Islam 99 Rancabango dapat melengkapi buku-buku perpustakaannya.
b. Bagi Asatidz, hendaknya memberi pengarahan kepada santri-santrinya dalam penulisan karya ilmiah, baik berupa makalah atau Paper. Sehingga santri tidak terlalu banyak menghadapi kesulitan.
c. Bagi Teman Seperjuangan, hendaknya lebih kreatif lagi dalam mengumpulkan referensi dalam pembuatan paper.
d. Bagi Adik Kelas, hendaknya banyak mencari tahu tentang penulisan karya ilmiah, baik kepada Asatidz, kakak kelas, ataupun membaca buku, agar tidak terlalu banyak mendapatkan kesulitan dalam pembuatan Paper kelak.


DAFTAR PUSTAKA
Abidin bin Syamsudin, Abu Ahmad Zainal. “Pengaruh Lingkungan Terhadap Pendidikan Anak”. As Sunnah edisi ke-3 (Juni 2008).

Ardiana, Ns Anisah. (2008) Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan [Online]. Tersedia : elearning.unej.ac.id/courses/IKU1234/document/Konsep_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt?cidReq=IKU1234 [6 November 2008].

Al-Qur’an dan Terjemahnya.

Badudu, Zain. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Baihaqi, A.K. 2008. “Pendidikan Agama Dalam Keluarga Bagi Anak Prenatal”, dalam Pendidikan Agama Keluarga Dalam Keluarga. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Danang. (2008). Pengertian Istilah Tumbuh Kembang. [Online]. Tersedia : http://masdanang.co.cc/?p=23. [06 November 2008].

Hurlock, Elizabeth B. (1994) Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga

Najati, M. ‘Utsman. (1997). Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung : Penerbit Pustaka.

Nurlaeli, Yanti. (2008). Materi Pembelajaran Pertumbuhan dan Perkembangan.

Rahmat, Jalaludin dan Gandaatmadja Mukhtar. (1994). Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Santoso, Al-Hanif. Tth. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Alumni Surabaya.

Suryatini, Iis. (2008). “Peran Pemudi Persis Sebagai Ibu Dalam Meningkatkan Internalisasi Nilai-nilai Agama Bagi Anak”. Makalah Dalam Perlombaan Temu Ilmiah Nasional Pemudi Persis, Bandung.

T.n. (2007) Pendidikan Untuk Generasi Unggul. [Online]. Tersedia : http://padangrembulan.multiply.com/journal/item/33 [06 November 2008].

Usep. (2008) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Makalah Atau Paper. Garut : Tidak diterbitkan.

2 comments:

  1. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    ReplyDelete