16 February 2013

Kamu Seperti Layang-layang

Mimpi adalah gairah kehidupan, perangsang jiwa memeluk dunia. Ketika mimpi menjadi perekat antara bulir-bulir debu yang gersang, dunia serasa sudah digenggam dengan telapak kecil kita. Mataku sedikit rabun namun dirimu seperti kotak lensa yang menyirnakan ragu. 

Kita memang seperti sebuah layangan yang ingin menembus langit hingga ke atmosfernya. Berjibaku dengan angin yang menantang. Setiap ketinggian bertambah maka tekanannya pun semakin berat. Terkadang harus berhenti sejenak karena Tuhan menyegerakan rezekinya turun dari langit. Terkadang bertemu sejawat yang bermimpi sama, menuju langit ke tujuh. 

Diatas sana, bumi terasa indah. Gunung menjadi sejajar, seolah sudah setara dengan ketinggian yang dicapai. Dari atas sana tampak ribuan orang berbondong-bondong mencari satuan puzzle kehidupan yang tercecer. Dari atas sana tampak pepasir yang ternyata menyatu dengan hamparan samudera. Tiada terpisah. Bahkan saling menguatkan indahnya. Bumi pun tergambar dengan berbagai macam satuan yang tidak bisa dipisah. Seperti tanah dan langit yang bersatu menjadi bumi.



Mimpi adalah kesatuan diri kita, Riz. Tidak dapat dilepas dan tidak dapat dipaksa untuk diubah. Aku ini semacam telur yang berusaha berubah menjadi semacam burung. Namun, ternyata burung mempunyai cita yang sama dengan kita, menyegerakan rezeki untuk induknya. Tidak perlu menuju langit ke tujuh jika hanya menikmati indahnya saja. Tidak perlu berlaju semakin cepat jika hanya meragukan nurani. Kamu semacam layang-layang yang ingin meraih pelangi ketika tampak dari bumi. Namun, tahukah bahwa ia akan pudar di telaga waktu? 

Riz, aku memang bukanlah pelangi yang dikatakan indah oleh seisi bumi. Bukan sebuah pelangi yang selalu dinanti ketika hujan reda. Aku hanya bisa berusaha menerbangkanmu ke langit-Nya. Agar kau tampak indah dimata penjuru bumi dan kau bisa menikmati kesatuan tanah dan langit juga akar dan buah yang nyata berbeda namun bisa menyatu dengan pasti. Riz, jika aku layang-layang, tekanan angin belum tentu bisa aku lawan. Aku hanya bisa membantumu mengendalikan pusaran angin tersebut. Layang-layang milikmu yang dicita-citakan untuk aku terbangkan ke langit-Nya.

Bandung, 16 Februari 2013


No comments:

Post a Comment