17 February 2013

Monolog

Tetaplah bersamaku. 
Hai pria yang berada di sebelahku! Aku belum menguasai diri dan belum menguatkan keberanian akan sebuah irama yang berbeda dalam not-not kehidupan yang aku cipta dan yang telah tercipta. Mencita-citakan bersandar padamu saat pilu melanda. Hendak membebani punggungmu saat ketakutan menghantui. Juga menjadi bagian yang menjadikan senyawa dalam tubuhmu. 

Angin ternyata tetap berhembus diantara jemari kita. Hampir tiba saatnya aku mengetahui baumu yang aku curi diam-diam. Saat kau temani senja menunggu pelangi diantara kepulan polusi.

Mungkin, perjalanan kita tiada berhujung kecuali nyawa memutuskannya. Mungkin terpotong oleh sebuah gunting berkarat, sedikit demi sedikit memutuskan lembaran demi lembaran yang dipungut dan tercecer kembali seperti sediakala.

Tidak ada keburukan yang kupanjatkan untukmu. Kebaikanku adalah kebaikanmu. Mendengar kabarmu  saja menjadikan kegelisahan bertepi. Melihatmu tersenyum pun menjadikan hujan sehangat mentari.

Aku membisikan do’a pada setiap rintikan hujan yang menerjangku. Agar ketika aku merindukanmu, hujan membasuhmu dan menyerapkan nyawanya ke dalam urat nadimu. Membasuhmu agar kerinduanku sirna.

Menjadilah Teman Hidupku. 

Rancaekek, Juli 2012


2 comments: